Selasa, 22 April 2014

lagu langgar





aku baru saja meninggalkan kampung dimana aku
dilahirkan kembali dari pengertian-pengertian baru

suara tembang dari langgar sebelah rumahmu membuat

pohon-pohon itu berjalan, aku merinding membayangkan sebuah

lorong di belakangku yang memakan setiap yang hidup sebagai sisa

sontak ingat aku padamu, padaku, seperti setiap pemberhentian dari langkah-langkah yang berat, pahamlah engkau selalu kita membayangkan sesuatu sebagai masa dimana kita siap dan tak siap, lalu gentar seperti suara gema di ruangan kosong yang membuat kita heran pada suara kita sendiri, ya aku mendengarkan suara bapakmu, ibumu, adikmu, tapi suara lain muncul dari nyanyian langgar itu, suara yang menaruhmu dalam tanah yang dingin, tak ada yang bisa dipahami lagi selain yang bersuara dibalik pendengaranmu, 
pulanglah, pulanglah


pati, 2013

Jumat, 18 April 2014

melengkunglah, aku

ia melengkung, tubuhku
padanya sore ini diposkan juga, surat ah surat
engkau dibaca seperti nota-nota yang lewat
tak ada jeda antara langkah kakimu dan suaranya
kata-kata mereka entah perawat atau musafir
ia bengkok sekali sekarang, tubuhku
hendak dicapainya lantai dari punggung yang sunyi
bayang-bayang itu tembus di tanganku
ia membaca kenangan sedangkal menoleh ke belakang

tak ada apa-apa bukan
kita kadang terlalu percaya bahwa yang baik seperti air dalam tenggorokan

Senin, 18 Juni 2012

Lagu laut



Kitapun menjadi tiada
Ciuman itu, sedekat udara, sedekat udara
Dada ini menggambar laut dalam, sedalamnya
Namun kapal itu juga kan hilang

Ombak ini, ingin membawa jiwaku jauh
Ia katakan pada batu yang menjadi karang,
orang-orang  akan datang
Menulismu sebagai alasan
Mengapa kita mesti paham cara menyimpan dan menerima  sebaik-baiknya

Dekat, begitu dekat engkau sekarang
tinggal wajahku pada bayangan
Kenanglah,

aku masih se-asin ingatanmu bukan


june, 2012

Sabtu, 12 Mei 2012

lupa




Kekasihku, ramai kota ini, malam dan siang yang gelisah
Aku duduk di taman, bersama mereka dan masa depan kita
Engkau tahukah, gedung-gedung ini sedang menyusunku, menyusunmu
kita bertemu dan melupakannya, kita berkasih dan melupakannya
buku-buku kubaca dan aku melupakannya, sangat personal ingatanku, ingatanmu
hujan, kemarau, setiap hari aku melupakannya
aku mendengarkan radio menonton film-film rekomendasi dan melupakannya,
aku memotretmu, mencatat dan melupakannya,
Negara bahkan sawah-sawah aku melupakannya
Telpon, facebook, hai apa kabar aku melupakannya
Senjata dan musik noise aku melupakannya
Aku nonton konser, bersenang-senang dan melupakannya
Demonstran, aku melupakanmu
Aku nonton bola di lapangan, anak-anak itu bahagia
Lalu pulang  dan melupakanku, aku melupakan mereka
kekasihku, jalan-jalan ini kian menebal

Kita akan saling melupakan
Kita akan saling melupakan

2012



Rabu, 14 Maret 2012

Angin sepoi-sepoi



Kami  sering bicara dengan usia sebatang rokok,begitu seterusnya selain diam  
ia gelisah komat-kamit bilang tidak setuju
Aku tau sesuatu  sedang meledak dalam dirinya, kepulan asap itu lebih dapat kupahami.
Aku diam mendengarkan, ingin menikmati ia seperti menikmati Joplin, ia makin bernyayi

“Angin sepoi-sepoi
Hujan tak turun lagi
Aku melihatmu duduk di beranda
Adakah masalah kita, akan selesai sayang
Dengan bersyukur kita dibesarkan”

Seperti hymne gereja katanya, aku ketawa sederhana, dan memutuskan
menghapal lagunya baik-baik

2011

Jumat, 27 Januari 2012

Padaku, padaku



Aku percayalah, inikah kejutan, makan malam yang kau kagetkan mengapa nasi goreng ini campur babi, demikian matamu jadi tak bulat ketika anjing-anjing itu menikamku dengan lidahnya ,ini tentang apa, dan aku ketawa, kau ketawa

mainlah kerumahku, masa kecil itu tersimpan dalam toples-toples tanpa tutup, dingin dan kosong kehilangan, sekarang kapan sudah sampai, di hari yang masak bagiku, pertanyaan-pertannyan itu, masa kecil yang kagum pada bulan dan takut pada malam, luculah aku, luculah kau

Aku percayalah, pertemuan kita persetubuhan cahaya. Suara-suara itu sederhana ketika aku tau caranya diam

Berita pagi dalam suplemen, dik



Dik, aku ingin tidur, dan bangun lagi setiap pagi untuk minum suplemen daily

Tak perlu memikirkan apapun. Mereka aku biarkan dalam televisi bicara, jangan matikan, biar saja, supaya kejadian tetaplah kejadian, sekalipun aku sedang tidur suplemen menjagaku dari peluang untuk ketawa-ketawa atas nama keadilan, Koran-koran menulis puisinya di halaman depan.
Mereka yang memelas di lampu-lampu merah kenapa tak diberi suplemen daily supaya terjaga dari penyakit kota, sungai-sungai lihatlah, lidah kota sebenarnya, pemuda bicara serang, pemuda bicara bakar, bahasa tembakan berdengung seperti suara lalat, aku sering bangun dan minum lagi suplemen daily, mimpi dan kenyataan makin sulit dibedakan.